MAKALAH
BELAJAR
By:
NAME:
LUDIA LAPU INAN
NIRM
:
ENGLISH DEPARTMENT
FACULTY OF TEACHER
TRAINING AND EDUCATION
UNIVERSITY OF AL-AMIN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori belajar merupakan landasan
terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk
belajar. Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip
yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan.
Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Banyak telah ditemukan teori belajar
yang pada dasarnya menitikberatkan ketercapaian perubahan tingkah laku setelah
proses pembelajaran. Teori belajar merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang
pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku
yang diharapkan.
Kegiatan pembelajaran
di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya, yang menjadikan siswa
menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan dalam hal ini sekolah tidak dapat
lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi.
Profesionalisme seorang guru sangatlah dibutuhkan guna terciptanya suasana
proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam pengembangan siswa yang
memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilakau
kearah yang lebih baik.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya sebelum siswa belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari yang masalahnya bersifat tertutup dan terbuka. Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan menjadi guru professional dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan mengajar sehingga siswa dapat maksimal walaupun dalam kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana guru merupakan elemen di sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa, kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajarn yan tepat, efisien dan efektif.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya sebelum siswa belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari yang masalahnya bersifat tertutup dan terbuka. Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan menjadi guru professional dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan mengajar sehingga siswa dapat maksimal walaupun dalam kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana guru merupakan elemen di sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa, kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajarn yan tepat, efisien dan efektif.
Menurut UNESCO: “learning to know, learning to do, learning
to be, and learning to live together “ siswa bukan hanya duduk diam dan
mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa mau serta mampu berbuat untuk
memperkaya pengelaman belajar (learning
to do ). Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk
memahami pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know). Interaksi tersebut
diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning
to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang
bervariasi akan membentuk kepribadian untuk memahami kebersamaan, bersikap
toleransi terhadap teman (learning to
live together).[1]
B. IDENTIFIKASI
DAN PEMBATASAN MASALAH
Salah satu teori belajar yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran
adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov dengan teori
Classical Conditioning-nya. Mengingat bahasan teori belajar ini tidak hanya
dikembangkan oleh Pavlov saja melainkan masih banyak pakar-pakar psikologi yang
menjabarkan teori ini seperti Piaget, oleh karena itu supaya kami melakukan
identifikasi dan pembatasan masalah yang akan dikemukakan nantinya hanya
mengetengahkan teori belajar yang disampaikan oleh Pavlov saja.
C. RUMUSAN MASALAH
Secara garis besar pembahasan makalah ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apa teori
belajar menurut Ivan Petrovich Pavlov?
2. Bagaimana
eksperimen Classical Conditioning Ivan Petrovich Pavlov?
3. Bagaimana
aplikasi dan manifestasi teori Pavlov terhadap pembelajaran siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 TEORI BELAJAR MENURUT IVAN
PETROVICH PAVLOV
Classic
conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang
dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan
behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran,
peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau
rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik
tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu,
perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan.
Kemudian Pavlov mengadakan
eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang
memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya,
secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan
cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar
air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan
keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka
yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar pula.
Apabila perbuatan yang demikian
dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan
sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Makanan
adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau
perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan
menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut.
Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa
kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan
prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan
banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
II.2 EKSPERIMEN PAVLOV TERHADAP
TEORI BELAJAR
Adapun jalan eksperimen tentang
refleks berkondisi yang dilakukan Pavlov adalah sebagai berikut:[2]
Pavlov menggunakan seekor anjing
sebagai binatang percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian
rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat
ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan
keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan.
Sebagai reaksi atas munculnya
makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pada alat
pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi
(unconditioned stimulus) dan air liur yang keluar setelah anjiing melihat
makanan disebut refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap
anjing akan melakukan refleks yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat
rangsang yang sama pula (makanan).
Kemudian dalam percobaan selanjutnya
Pavlov membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan
demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di
depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air
liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat
makanan (refleks tak berkondisi),
tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar
bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks
berkondisi (conditioned reflects)
karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing
yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya
rangsang berkondisi (conditioned
reflects).
Kalau latihan itu diteruskan, maka
pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan
tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu.
Dengan perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak
berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului
oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar
setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat
makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi
dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang
percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak
berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak
berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama
tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat
imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks
itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses
penghapusan refleks (extinction).
Kesimpulan yang didapat dari
percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain dari pada
rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya
proses kondisioning (conditioning
process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi.
Apakah situasi ini bisa diterapkan
pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama
seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang
berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya
mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka
nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang
panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual
berteriak-teriak menjajakan dagangannya.
Contoh lain bunyi bel di kelas untuk
penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses
menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak,
es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat
atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Penemuan Pavlov yang sangat
menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks
berkondisi (conditioned reflects). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan
dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori
tentang belajar. Bahkan Amerika Psychological Association (APA) mengakui bahwa
Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping
Freud.
II.3 APLIKASI TEORI BELAJAR PAVLOV
TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori
belajar menurut Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan.
b. Mementingkan
bagian-bagian
c. Mementingkan
peranan reaksi
d. Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e. Mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para
guru yang menggunakan paradigma Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi
instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana
samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan
harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
belajar Pavlov ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif.
Evaluasi atau penilaian didasari
atas perilaku yang tampak. Kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah
pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya
berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak
berdasar karena penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai
dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai
metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi
belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk
perolehan kemampuan yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan
dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang
salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu
motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.[3]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor
anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
·
Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
·
Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya
akan menurun.
III.2 SARAN
Salah satu keberhasilan tenaga
pendidik dalam proses pembelajaran adalah mampu mengaplikasikan dan
memanifestasikan semua teori belajar yang pernah didapat terhadap anak didik,
oleh karenanya saran kami kita semua sebagai calon pendidik diharapkan untuk
bisa mempelajari dan menerapkannya dari mulai sekarang.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Gino, dkk. 1997. Belajar
Dan Pembelajaran I. UNS Press: Surakarta.
Sarlito W. Sarwono. 2002. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan
Tokoh-tokoh Psikologi. Bulan Bintang: Jakarta.
www. Google.com. Belajar. diakses pada tanggal 29 Januari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar